Senin, 30 April 2012

Nasehat dari Sang Pencerah


Salah satu film yang saya nantikan untuk ditonton adalah Sang Pencerah salah satu karya Hanung Bramantyo yang menceritakan tentang Kyai Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyah. Hanya saja, ternyata keinginan saya itu harus tertunda akibat jadwal tayangnya adalah tepat tanggal 8 September atau tepat hari terakhir kita masuk kerja hingga terpaksa harus tak tinggal mudek dulu lah ke Yogya. Begitu pulang dari Yogya, buru-buru aku ke Simpang 5 buat ngewujudin niatku itu….hanya saja ternyata yang punya keinginan seperti aku ternyata banyak hingga karcis pun sempet kehabisan and terpaksa harus pulang dengan tangan hampa. Baru hari Jum’at kemaren lah keinginku kesampaian buat nonton tuh film…yang ternyata cukup bagus, baik dari segi cerita maupun setting Kota Yogya di awal abad XX…. dan yang lebih penting, banyak mengandung nasihat bagi pendalaman pemahaman kita tentang agama Islam….
Emm sebelum tak ceritaian sedikit nasehat yang bisa kita petik dari Biopik tokoh besar Indonesia itu, ada sedikit pemandangan yang tidak biasa, saat akunya (dan mungkin Anda juga yang kebetulan ikut-ikutan…) ngantri karcis buat nonton film ini. Kelihatan banyak wajah-wajah yang gak biasa nonton bioskop yang saya temui. Mungkin gara-gara tema filmnya tentang sang tokoh Muhammadiyah…bahkan yang duduk di dekat saya kelihatan wajah seorang haji yang tak lupa membawa anak-anaknya yang masih kecil (kayaknya baru di sekolah dasar deh….dan tentunya kelihatan seneng banget karena mungkin itulah pertama kali mereka nonton film di bioskop).Juga kelihatan tampang-tampang kyai yang asyik ngantri paling depan pintu (koq dadak pengen paling duluan masuk khan tempat duduknya ada nomornya Pak Kyai…). Ada juga nenek-nenek berjilbab yang membawa anaknya yang lebih mirip ibu-ibu pengajian. Yang kayak remaja-remaja mesjid juga banyak tuh….Lucu juga ngeliatnya….he…he…he….(adek saya malah bilang suasananya mirip arisane wong-wong pondokan).
Nasihat yang paling berkesan adalah jawaban Pak Dahlan terhadap pertanyaan muridnya yakni saat menanyakan apa arti agama itu….dan dengan bijak Pak Dahlan yang diperankan oleh Lukman Sardi itu menjawab dengan cara memainkan biola (dasar anake Idris Sardi lu…) sembari bertanya apa yang dirasakan para murid saat mendengarkan biola yang dimainkannya. Jawabnya tentu saja indah, nyaman, menyenangkan…dan itulah arti agama bagi manusia yang ibarat musik nan mengalun. Jika kita bisa mengerti dan mendalami agama dengan benar maka perasaan damai, senang, gembira, optimis akan dirasakannya…Lalu Pak Dahlan kemudian meminta salah seorang murid untuk memainkannya….dan karena gak bisa maka yang keluar suaranya falas dan nyaring memekakkan telinga…Dan mugkin itulah agama jika tidak dipelajari dengan benar….tidak saja menyiksa diri sendiri tetapi juga akan menyakiti orang lain… (Aku jadi ingat Ustad Supandi (?) saat Halal Bihalal kemaren tentang indikator khusuknya Sholat seseorang…Bukan diukur dari konsentrasi yang penuh, atau hafal arti ayat-ayatnya…. tapi sholat seseorang dikatakan khusuk jika sholat itu mengkontrol sikap perbuatan seseorang sehari-hari untuk selalu baik… )
Nasihat lain bisa kita lihat saat Ahmad Dahlan mengajar di sekolah Belanda dan waktu mengucapkan salam, bukannya mendapat balasan salam tetapi malah mendapat jawaban dari salah seorang murid berupa kentut yang keras. Alih-alih marah, Pak Dahlan malah dengan bijak meminta murid tersebut mengucapkan hamdalah sebagai rasa syukur pada Sang Pencipta telah diberi kenikmatan untuk buang gas karena kalau tidak bisa kentut, hal itu akan menjadi penyakit. Ahmad Dahlan kemudian dalam berbagai kesempatan meminta murid-muridnya untuk tidak membalas saat dihina orang lain, dimaki-maki orang lain, disakiti orang lain. Dan memang itulah yang harus dilakukan orang Islam guna menunjukkan sikap takwanya.
Ada 3 ciri seorang muslim yang bertaqwa yang saya baca dari bukunya Agus Mustofa (Membonsai Islam) yaitu : pertama, orang yang suka bersedekah; kedua, orang yang dapat mengendalikan amarahnya; dan ketiga suka memaafkan orang lain. Tiga hal inilah yang mungkin hendak disampaikan kepada Ahmad Dahlan pada murid-muridnya agar mereka menjadi umat Islam yang bertaqwa dalam arti mampu mengontrol diri terutama kontrol terhadap kemarahan. Bukan berarti ia tidak bisa marah, tetapi sangat sulit marah. Lebih jauh ia adalah orang yang pemaaf karena ia tahu, tidak ada orang yang tidak pernah salah. Dengan kata lain orang Islam diharapkan menjadi sosok yang tidak gampang marah, tidak punya dendam, jauh dari rasa benci, iri, dan dengki.Bahkan merupakan orang yang pemaaf.
Dalam suatu kesempatan murid-muridnya menanyai Pak Dahlan saat berkali-kali diminta mengulang membaca surat Al Maun saja tanpa pernah membaca surat yang lain. Lagi-lagi dengan bijak Ahmad Dahlan bertanya apakah murid-muridnya tahu arti surat Al Maun….dan ternyata sebagian besar tidak tahu. Dari sinilah Ahmad Dahlan mencoba mengajak murid-muridnya mendalami arti dari setiap ayat yang dibaca dan kalau bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini Al Maun bercerita tentang fakir miskin dan anak yatim hingga kemudian bertanya apakah murid-muridnya sudah sering manyantuni fakir miskin dan anak yatim. Hal inilah juga yang disoroti Agus Mustofa sebgai faktor pertama yang menyebabkan kemunduran umat Islam di Indonesia yakni karena meninggalkan Al Qur’an dalam kesehariannya. Al Qur’an tidak lagi dijadikan sebagai sumber petunjuk melainkan hanya sebagai bahan bacaan tanpa pernah merenungkan isinya. Kadang sekedar dilagukan dengan indah atau dijadikan sekedar perlombaan khatam membaca Al Qur’an….
Pertentangan yang terjadi antara Ahmad Dahlan dengan para pengurus Masjid Besar Kauman Yogya seolah-olah menyindir umat manusia jaman sekarang yang lebih suka berlindung dibalik jabatannya daripada kebenaran sejati yang datangnya dari Tuhan. Walau Ahmad Dahlan banyak mengajarkan prinsip-prinsip kebenaran tetapi karena gengsi atau ego maka prinsip lebih baik sombong tetapi salah lebih dikedepankan daripada lebih baik benar tapi malu.
Hal lain yang diungkap dalam film ini adalah kenyataan bahwa Muhammadiyah yang berarti umat Muhammad itu bukanlah sebuah aliran agama tetapi hanyalah perkumpulan organisasi milik orang Islam dengan tujuan memajukan masyarakat di bidang pendidikan dan kesehatan. Sehingga jika Muhammadiyah itu dikait-kaitkan dengan aliran Islam (selain NU) adalah pandangan yang salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar